Jumat, 17 Agustus 2012

Powerpoint tipe






































Rabu, 04 Juli 2012

CIRI KHAS KEBUDAYAAN BETAWI


CIRI KHAS KEBUDAYAAN BETAWI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN
1 1.1  Latar Belakang
Negara Indonesia termasuk masyarakat multikultural. terdapat (2) istilah, yaitu masyarakat adalah persekutuan hidup manusia yang menempati wilayah tertentu. Sedangkan konsep multikultural terdiri atas (2) kata, yaitu multi berarti banyak dan kultural yang artinya kebudayaan. Jadi, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki struktur atau tipe budaya yang lebih dari satu dan beranekaragam.
Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa dimana masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat bersifat heterogen yang pola hubungan sosialnya bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai.
Perbedaan yang terdapat pada masyarakat multikultural, yaitu SARA (suku, agama, ras dan adat istiadat). Adapun keragaman dalam sistem budaya, seperti bahasa, sistem religi, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, mata pencaharian, dan organisasi sosial.
Alasan inilah yang membuat saya ingin membahas perbedaan-perbedaan kebudayaan yang ada dimasing-masing daerah. Pastinya setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri pada kebudayaannya untuk dapat membedakan kebudayaan satu dengan lainnya tetapi masih didalam lingkup kesederajatan. Kali ini saya akan membahas tetang ciri khas kebudayaan suku Betawi Jakarta.

2  2.1  Tujuan
Dari latar belakang diatas, tujuan yang saya dapat simpulkan dalam pembahasan makalah ini, yaitu :
1)      Memahami definisi budaya dan kebudayaan.
2)      Mengetahui sejarah terbentuknya suku Betawi Jakarta.
3)      Mengetahui ciri khas kebudayaan suku Betawi Jakarta.
4)      Mengetahui jenis-jenis kebudayaan yang ada di Jakarta tepatnya suku Betawi.
5)      Menambah wawasan dan pengetahuan yang dimiliki.
6)      Dapat digunakan sebagai referensi untuk penyusunan makalah sejenis.


BAB II PEMBAHASAN
1.1  Definisi Budaya dan Kebudayaan
Budaya berasal dari bahasa Sansekertabuddhayah bentuk jamak dari buddhi artinya budi atau akal. Jadi, budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh budi atau akal tersebut. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. 
Budaya terbentuk dari banyak unsur-unsur yang rumit termasuk dalam hal ini adalah sistem agama dan politik adat istiadat, bahasa, perkakas,  pakaian,  bangunan dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
Dengan demikian tidak ada budaya tanpa manusia dan tidak ada manusia tanpa budaya. Jadi hubungan antara manusia dan budaya seperti (2) sisi mata uang yang tidak terpisahkan.

2.1  Sejarah Suku Betawi Jakarta
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.
Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab dan Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

3.1  Terbentuknya Kebudayaan Suku Betawi Jakarta
Kebudayaan suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta. Kebudayaan suku Betawi terbentuk akibat akulturasi (pencampuran) berbagai kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Karena sikap keterbukaan orang Betawi dan penghargaan tinggi terhadap perbedaan juga turut mempercepat akulturasi tersebut. Karena akulturasi itu, kebudayaan suku Betawi dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruh kebudayaan-kebudayaan asal yang membentuknya, yaitu :
Ø  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Arab dan Melayu, seperti alat musik Samrah, Rebana dan Marawis.
Ø  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Cina, seperti tari Yapong, Lenong, tari Cokek, Gambang Kromong, dan Topeng Betawi.
Ø  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Portugis dan Belanda, seperti Keroncong Tugu dan Tanjidor.
Kebudayaan suku Betawi bisa jadi menjadi kebudayaan terkaya di Indonesia. Mengingat akulturasi pada suku ini sangat banyak. Tidak mengherankan jika kebudayaan suku Betawi dapat menarik minat pendatang untuk tinggal di Jakarta untuk berlangsungnya kebudayaan Betawi secara turun-temurun.

4.1  Kebudayaan Suku Betawi dalam seni musik
Gambang Kromong
Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi,  Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan  Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong.
Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.
Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut.
Pada tahun 70-an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan musik ini menjadi "terengah-engah" antara hidup dan mati (dalam tabel yang dibuat Yahya AS termasuk dalam kondisi "sedang"). Musik ini hanya terdengar di antara bulan Juni saja, yaitu sewaktu hari ulang tahun Jakarta. padahal tanggal dan tahun kelahiran kota jakarta saja belum jelas pastinya. Itupun di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya.
Diperlukan pembinaan dan pelestarian berkelanjutan seni musik Gambang Kromong ini, khususnya bagi generasi muda Betawi. Kepedulian generasi muda Betawi terhadap keseniannya (seni musik dan seni silat) hendaknya harus melebihi generasi muda di daerah lainnya, karena keberadaan etnis Betawi itu sendiri yang berada di ibu kota Jakarta sebagai etalase kebudayaan Indonesia.


5.1  Kebudayaan Suku Betawi dalam seni teater
Lenong Betawi 
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan. 
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk. Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda. Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari. 
Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari kesenian ini cukup banyak. Sebut saja H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai Mandra. Namun tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T (Bang Nasir). 


6.1  Kebudayaan Suku Betawi dalam seni tari
Tari Yapong
Tari Yapong ialah tari yang aktraktif yang para penarinya menggunakan pakaian merah mencolok bernuansa Cina dengan konde yang khas mengerucut diatas kepala. Musik pengiringnya adalah musik-musik perkusi yang dinamis dan meriah. Dalam tradisi kebudayaan suku Betawi, tarian ini biasa dibawakan pada pertemuan resmi, seperti penyambutan tamu kehormatan dan pembukaan suatu kegiatan.


7.1  Kesenian Suku Betawi Ondel-Ondel
Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bambu tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.
Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen. Pendukung utama kesenian ondel-ondel adalah petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu, tergantung dari  masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diiringi Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota metropolitan Jakarta.

BAB III PENUTUP

1.1  Kesimpulan
Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
Dengan demikian tidak ada budaya tanpa manusia dan tidak ada manusia tanpa budaya. Jadi hubungan antara manusia dan budaya seperti (2) sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Kebudayaan yang merupakan ciri khas dari suku Betawi adalah alat musik Gambang Kromong, tari Yapong, Lenong dan Ondel-ondel.

2.1  Saran
Ø  Indonesia merupakan masyarakat multikultural, jadi hormati dan hargailah kebudayaan dari suku lain agar tercipta hidup yang damai dan saling berdampingan.
Ø  Tidak mudah terprovokasi pada hal-hal yang tabu yang dapat mengganggu kehidupan kita, jadi didaerah manapun kita tinggal kita harus mampu mengendalikan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengikuti peraturan yang ada di wilayah tersebut.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

(7) Sumeken,Wayan.2012.diktat ilmu pengetahuan sosial (IPS).klungkung : Drs. I Wayan Sumeken.

Selasa, 10 April 2012

CONTOH DRAMA KOMUNIKASI TERAPEUTIK


DRAMA KOMUNIKASI TERAPEUTIK

            Suatu hari di Jln. Baypass terjadi kecelakaan, seorang gadis yang mengendarai sepeda motor menabrak tiang pembatas jalan. Gadis itu mengalami luka pada daerah tangan dan kakinya dan ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit sambil meraung-raung kesakitan.
Pasien              : aduh....aduh sakit sekali.
Perawat           : sabar... ya mbak. Sakitnya hanya sebentar nanti setelah diobati   
                          pasti sakitnya hilang.
            Selang beberapa menit kemudian, keluarga gadis itu datang dengan wajah yang cemas dan tegang.
Eka                  : dedi dimana Arin...?
Dedi                : m.... nggak tahu aku juga. Coba kita cari di ruang UGD mungkin
  dia disana.
                        Sesampainya di ruang UGD, Eka dan Dedi melihat Arin yang masih meraung-raung kesakitan, lalu mereka menghampiri Arin.
Eka                  : Arin....gimana keadaanmu? Apanya yang sakit dan luka?
Arin                 : Aduh...semua badanku terasa sakit dari tangan, siku, lutut, kaki...
  aduh sakit sekali.
Perawat           : tolong ya mas-mas ini tunggu diluar biar kami bisa mengobati 
  pasien dengan cepat.
Eka & Dedi     : Baiklah sus.....
            Setelah Arin, selesai diobati ia dipindahkan ke ruangan perawatan. Setelah tiga hari kemudian perawat datang ke ruangan Arin dirawat untuk mengganti balutan lukanya.
Perawat           : Selamat siang mbak, saya perawat Ayu akan mengganti balutan 
  lukanya mbak. Oh ya mbak gimana rasanya setelah beberapa hari
  dirawat disini?
Arin                 : Rasanya nyaman kok... udah agak mendingan rasa sakitnya, tapi
  saya pingin cepet pulang soalnya udah kangen sama papa &
  mama.
Eka                  : Iya nih sus... kapan adik saya bisa pulang? Soalnya biayanya
  tidak mendukung nih.... udah kere gitu deh...
perawat            : Kalau soal itu tergantung dari kesembuhan adiknya mas......
                                      baiklah mbak saya akan mulai mengganti balutan lukanya mbak.
Arin                 : Nggak sakit kan sus... ih aku takut....
Dedi                : Udah...udah nggak apa-apa kok.
Eka                  : kok pakai diganti segala balutannya? Biarin aja je sus kan nggak
  usah repot-repot jadinya.
Perawat           : Tujuan dari penggantian balutan luka untuk mencegah terjadinya
                          Infeksi serta memberikan rasa nyaman pada adik mas.
Dedi                : oh...begitu toh...hahaha aku baru tahu nih
            Perawat kemudian melakukan prosedur pelaksanaan penggantian balutan luka sambil menjelaskan langkah demi langkah kepada pasien.
Perawat           : Mbak balutan luka mbak akan dibuka terus dibersihkan setelah itu
                          Diberi betadine dan ditutup kembali dengan has kemudian
  diplester.
Arin                 : Udah selesai ya sus...  aduh udah bosen nih.....
Perawat           : Udah...udah selesai kok mbak perawatannya. Jadi mbak bisa
  istirahat.
Eka                  : Kok cepet banget sih..... kayak kilat
Dedi                : Iya nih kayak kilat... cepet banget....
Perawat           : Baiklah mas dan mbak perawatan lukanya telah selesai. Jadi
  mbak bisa istirahat agar lekas sembuh.
                        Setelah perawatan selesai, perawat meninggalkan ruangan itu dan drama kami pun berakhir. Terima kasih atas perhatiannya.

Rabu, 07 Maret 2012

KOMPOSISI KARAWITAN DAN PENGERTIAN GILAK


BAB I : PENDAHULUAN

1.1  Estetika Karawitan
Estetika berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” artinya hal-hal yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pengertian estetika sebagai filsafat, hakekatnya telah menempatkan pada satu titik dikotomis antara realitas dan abstraksi, dan juga antara keindahan dan makna.  Estetika tidak lagi menyimak keindahan dalam pengertian konfensional, melainkan telah bergeser kesebuah wacana dan fenomena. Estetika karya seni modern jika dipahami melalui pemahaman filsafat seni yang merujuk pada konsep-konsep keindahan jaman Yunani (abad pertengahan), akan mengalami penciutan atau pembunuhan preseptual, karena estetika bukan hanya simbolisasi dan makna, melainkan juga daya. 
Estetika karawitan dapat kita lihat dari aspek ide yang terkandung didalamnya, bentuk penyajiannya, penampilan yang ditunjukkan, keselarasan dan keserasian bunyinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa estetika karawitan sangat penting ada dalam suatu seni karawitan untuk menunjang segala yang ada didalamnya.

2.1  Pengertian Karawitan
Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit juga bararti halus, cantik, berliku-liku, indah dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumental, vokal dan campuran yang indah didengar.

3.1  Macam-Macam Karawitan
             a. Kerawitan vocal adalah music yang mempergunakan suara manusia sebagai sumber bunyi.  
          Contohnya: Sekar Rare , Sekar Alit/ Tembang Macepat , Sekar Madya , dan Sekar Agung.
                        b.  Karawitan instrumental (gamelan) adalah karawitan yang dihasilkan dari beberapa alat/ satu alat.  
                Contohnya: Golongan Tua , Golongan Madya ,dan  Golongan Baru
                       c. Karawitan vocal instrumental adalah karawitan dimana terdapat unsur gabungan antara suara manusia  
               dengan alat musik. Contohnya: Gegitan



BAB II : ISI

1.1  Komposisi Karawitan
Komposisi berasal dai kata "Komponieren" yang digunakan oleh pujangga Jerman yaitu Johann Wolfgang Goethe (1749-1832) untuk menadai cara-cara menggubah (komponier-ern) musik pada abad-abad sebelumnya (abad 15-17), dimana suara atau lagu utama akan diikuti oleh susunan suara-suara lainnya yang dikoordinasikan, ditata, atau dirangkai di bawah lagu utama yang disebut cantus. Komposisi dapat dikatakan sebagai suatu potongan nada atau musik yang dibuat oleh komponis untuk menghasilkan nada atau suara yang indah. Dengan memadukan bentuk musik, harmoni, orkestrasi, nada pengiring, dan segala hal tentang alat musik dan bagaimana menulisnya dengan baik agar menghasilkan suara merdu.
a.  Klasik adalah sebuah karya karawitan baik vocal maupun instrumental yang telah memiliki pakem (suatu aturan dalam karawitan / hukum lagu) atau yang sangat ketat baik menyangkut struktur / jajar pageh maupun pola-pola melody dan ritme. Contohnya : tabuh gilak, tabuh lelambatan, tabuh 3, tabuh 4, tabuh 5, tabuh 6, tabuh 8.
b.   Kreasi adalah karya musik yang masih memegang aturan secara klasik sehingga nuansa tradisinya sangat kental dan tidak terlalu keluar dari kaidah klasik. Contohnya : tabuh kreasi..             
 c.   Modern adalah sebuah karya music yang mencerminkan sebuah peradaban baru yang fenomenanya     
                kekinian dan tidak terlalu terikat oleh kaidah-kaidah tradisi/ klasik. Contohnya : Band , Marcing Band    
                dan Music Dance.
          d.   Kontemporer adalah sebuah karya music yang mengutamakan kebebasan baik menyangkut konsep,  
                teknis, maupun penyajian termasuk pemakaian alat-alat yang notabena bukan tergolong alat musik.
          Contohnya : penggunaan sapu lidi, penggunaan alat-alat dapur (panci), penggunaan botol bekas yang 
          kemudian dikemas dalam bentuk musik yang harmonis dan indah.

2.1  Dasar Keindahan Sebuah Komposisi
a)    Ide merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses kehidupan manusia. Ide yang cemerlang selalu dibutuhkan saat kita sedang mencari solusi dalam memecahkan masalah. Apapun jenis kegiatan, pekerjaan, usaha manusia untuk kelangsungan hidupnya tidak pernah terlepas dengan istilah Ide.
b)   Bentuk merupakan penerapan dari ide yang telah ditentukan dimana terdapat pokok permasalahan dalam karya komposisi serta mencerminkan isi dari karya tersebut.
c)     Penampilan merupakan aspek pendukung dari penyajian sebuah karya seni termasuk karya komposisi dimana keindahannya dapat dirasakan.

3.1  Keindahan Komposisi
Keindahan komposisi suatu gamelan ditentukan oleh :
·   Faktor-faktor komposisi atau struktur dipengaruhi oleh struktur, penonjolan, media, metode dari keempat itu terbentuklah gending.
·       Suara dan laras gamelan, ada (2) laras yang digunakan dalam membuat atau memainkan suatu musik yaitu laras pelog dan laras selendro.
·        Tata cara menyuarakan gamelan.
·         Keterampilan pemain.
·         Penjiwaan pemain gending.
·         Pengaturan ornamen-ornamen.

·         Kekompakan dan keharmonisan.

4.1  Pengertian Gilak 
Gilak adalah suatu komposisi yang memiliki ukuran lagu pendek yang terdiri atas 8-32 ketukan dalam suatu gong atau satu putararan melody. Dalam membuat komposisi gilak yang terdiri dari lebih dari satu baris yang biasanya 4 baris diusahakan memiliki motif yang berbeda.


BAB III : PENUTUP

KESIMPULAN :
Dapat dikatakan bahwa estetika karawitan sangat penting ada dalam suatu seni karawitan untuk menunjang segala yang ada didalamnya. Karawitan adalah seni music tradisi yang mempergunakan suara manusia dan alat music sebagai sumber bunyinya. Komposisi karawitan dapat dikatakan sebagai suatu potongan nada atau musik yang dibuat oleh komponis untuk menghasilkan nada atau suara yang indah. Dengan memadukan bentuk musik, harmoni, orkestrasi, nada pengiring, dan segala hal tentang alat musik dan bagaimana menulisnya dengan baik agar menghasilkan suara merdu.