Selasa, 11 September 2012

NEONATUS

PERKEMBANGAN DAN PERSIAPAN KEHIDUPAN NEONATUS

 DARI INTRA KE EKSTRA UTERIN



A.    PERNAPASAN

        Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kelahiran pervaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru-paru bayi.

         Dalam satu jam pertama kehidupan bayi, sistem limfatik paru secara kontinu mengeluarkan cairan dalam jumlah besar. Pengeluaran cairan ini juga diakibatkan perbedaan tekanan dari alveoli sampai jaringan intestinal dan sampai kapiler pembuluh darah.

Pernapasan abnormal dan kegagalan paru untuk mengembang dengan sempurna mengganggu aliran cairan paru janin dari alveoli interstitial sirkulasi pulmoner.
Tarikan napas pertama terjadi disebabkan oleh reflek yang dipicu oleh perubahan tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya, dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses kelahiran. Apabila perubahan yang terjadi sangat ekstrem, depresi pernapasan dapat terjadi. Pada kebanyakan kasus, timbul reaksi pernapasan yang berlebihan dalam satu menit setelah bayi lahir, sehingga bayi mulai menarik napas yang pertama dan menangis.
Pola pernapasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan. Setelah pernapasan mulai berfungsi, napas bayi menjadi dangkal dan tidak teratur, berfariasi dari 30 sampai 60 kali per menit, disertai apnea singkat (kurang dari 15 detik). Periode apnea singkat ini paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (rapid Eye Movement). Durasi dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia. Periode apnea lebih dari 15 detik harus dievaluasi.
Bayi baru lahir biasanya bernapas melalui hidung. Respon bayi terhadap obstruksi hidung adalah membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas. Kebanyakan bayi tidak memiliki respon ni sampai berusia tiga minggu. Oleh karena itu, asfiksia dan sianosis dapat terjadi akibat obstruksi hidung.

B.    SIRKULASI

             Sirkulasi darah janin intra uterin berbeda dengan sirkulasi pada bayi atau anak (ekstra uterin). Selama dalam masa intra uterin, paru-paru janin belum berkembang sempurna sehingga O2 diambil melalui perantara plasenta. Kegagalan fungsi plasenta dapat menimbulkan berbagai penyulit dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Saat kelahiran peredaran darah janin akan mengalami perubahan. Dalam hal ini fungsi paru-paru telah sempurna sama seperti peredaran darah pada orang dewasa.

1.     Sirkulasi Darah Intra Uterin
Saat ini plasenta memegang peranan penting dimana jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg BB per menit atau sekitar 500 ml per menit.Faktor yang memegang peranan, yaitu :
b.     Foramen ovale anatra kedua atrium
c.      Duktus arteriosus bothali antara arteri pulmonalis menuju aorta
d.     Duktus venosus arantii di dalam hepar menuju vena pulmonalis
e.      Pada umbilikus terdapat satu vena dan dua areri umbilikalis
Sirkulasinya :
          Darah yang kaya O2 dan nutrisi melalui vena umbilikalis menuju hati yang terdapat duktus venosus arantii langsung menuju vena cava inferior masuk ke atrium kanan. Sebagian besar masuk ke atrium kiri, melalui foramen ovale sebagian kecil amsuk ke ventrikel kanan. Dari atrium kiri dipompa ke ventrikel kiri masuk ke aorta dan dialirkan ke seluruh tubuh. Darah dari ventrikel masuk kanan dipompa ke paru-paru. Karena paru-paru belum sempurna berfngsi maka darah di arteri pulmonalis melalui duktus venosus bothali menuju aorta. Darah yang mengalir menuju paru-paru akan dialirkan kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Kemudian darah yang telah terpakai (mengandung CO2) akan kembali ke plasenta melalui aorta, arteri iliaka interna akhirnya masuk ke arteri umbilikalis. Sisa metabolisme dilepaskan ke dalam sirkulasi retroplasenter untuk selanjutnya dibuang melalui alat pembuangan pada ibu.
2.     Sirkulasi Darah Ekstra Uterin
        Setelah bayi lahir dan mulai bernapas sendiri, sirkulasi darah dari plasenta segera  terhenti. Saat ini paru-paru telah dapat berfungsi sempurna, sehingga peredaran darah menjadi seperti peredaran darah dewasa.
            Fungsi pernapasan terjadi beberapa detik setelah lahir. Saat lahir alveoli paru-paru dipenuhi oleh cairan, arteri tertekan karena jepitan tali pusat dan peningkatan CO2 dalam darah janin. Bayi akan menghirup udara dan bernapas. Udara masuk ke alveoli paru dengan tekanan intra thorakal positif hingga 40 cmH2). Darah vena kembali ke atrium kiri sehingga foramen ovale tertutup. Saat tali pusat dipotong, fungsi duktus venosus arantii berhenti. Duktus bothali menutup dalam 12-24 jam.
3.     Faktor yang Mempengaruhi Peredaran Darah Janin dari Intra ke Ekstra Uterin
1.     Berkembangnya Paru-paru Janin
Menyebabkan tekanan negatif dalam paru sehingga dapat menampung darah untuk melakukan pertukaran CO2 dan O2 dari udara. Hal ini mengakibatkan duktus anteriosus bothali tidak berfungsi (mengalami obliterasi). Tekanan atrium kiri semakin meningkat sehingga foramen ovale menutup.
Tekanan di atrium kiri meningkat karena :
a.     Darah dari atrium kanan langsung menuju paru-paru
b.     Darah dari paru-paru, vena pulmonalis masuk ke atrium kiri
2.     Pemotongan Tali Pusat
Terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin terjadi dengan dipotongnya tali pusat. Sebaiknya dilakukan setelah bayi menangis dengan nyaring atau tali pusat berhenti berdenyut karena dapat menambah darah dari plasenta +_ 50 ml – 75 ml yang sangat berarti bagi pertumbuhan bayi.
3.     Adult Haemoglobin (TipeA)
Menjelang persalinan disiapkan pembuatan adult hemoglobin A sehingga setelah lahir langsung dapat menangkap O2 dan melepas CO2 melaalui pernapasan.

C.    TRAKTUS DIGESTIVUS

           Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak. Bayi baru lahir dengan hidrasi yang adekuat membran mukosa mulutnya lembab dan berwrna merah muda. Umumnya, membran mukosa tidak pucat atau sianosis. Pengeluaran air liur sering selama beberapa jam setelah bayi lahir.

            Saat bayi lahir tidak terdapat bakteri dakam saluran cernanya. Segera setelah lahir orificium oral dan orificium anal memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah lahir. Biasanya konsentrasi tertinggi terdapat di bagian bawah usus halus dan  terutama di usus besar. Flora normal usus membantu sintesa vitamin K, asam folat dan biotin.

             Keasaman lambung bayi saat lahir umumnya sama dengan keasaman lambung orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Penurunan keasaman lambung ini dapat menumbulkan “kolik”. Bayi yang mengalami kolik tidak dapat tidur, menangis dan tampak distres di antara waktu makan yang sama setiap hari. Tidak ada yang dapat menenangkannya. Gejala ini akan hilang setelah bayi berusia tiga bulan.

              Pencernaan dan absorbsi nutrien lebih lanjut berlangsung di usus halus. Sekresi pankreas, sekresi dari hati melalui saluran empedu dan sekresi dari duodenim membuat proses yang kompleks ini dapat berlangsung. Saat lahir, usus bayi bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsur-unsurnya, dari sekrsi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau kehitaman, konsistensinya kental dan mengandung darah samar. Mekonium yang pertama keluar steril, tetapi beberapa jam kemudian semua mekonium yang keluar mengandung bakteri. Jumlah faeses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Faeses transisi (keci-kecil, berwarna coklat sampai hijau akibat adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Tinja bayi yang disusui ibunya dan tinja dari bayi yang diberi susu botol tidak sama. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak, berwarna kuning emas, dan tidak mengiritasi kulit bayi. Tinja dari bayi yang diberi susu botol berbentuk tetapi tetap lunak.


D.    KELENJAR ENDOKRIN

          Pada kehamilan 10 minggu kortikotropin sudah ditemukan dalam hipofisis janin dimana hormon ini berfungsi untuk mempertahankan glandula suprarenalis janin. Hormon somatomamotropin ditemukan di daerah tali pusat dengan kadar tinggi, dibentuk di plasenta di samping oleh hipofisis janin meski dalam jumlah terbatas. Hyroid Stimulating Hormone (Tirotropin) telah ditemukan pada umur kehamilan 10 minggu, tetapi hanya sedikit tirotropin dari ibu yang melindungi plasenta. Kelenjar gondok pada janin sudah berfungsi pada kehamilan 10-14 minggu untuk menyimpan iodium yang menghasilkan tiroksin. Pemberian radioactive iodium atau iodium terlampau banyak akan mempengaruhi janin. Umumnya janin tergantung pada gandula tiroideanya karena pada kretin yang tidak mempunyai kelenjar gondok tidak dapat melewati plasenta dengan baik.

                Glandula tiroidea pada janin jauh lebih besar daripada orang dewasa, karena ditemukan bagian korteks. Segera setelah bayi dilahirkan aldosteron biasanya sudah ditemukan dalam konsentrasi yang meningkat dan mudah melintasi plasenta. Testosteron dan androstenadion dapat ditemukan di testes janin yang imatur.

      Selama masa intra uterin, janin telah mendapatkan pengaruh rangsanganestrogen,   progesteron dan gonadotropin sehingga ketika bayi wanita lahir telah terlihat adanya pembesaran payudara dan uterus. Mukosa vagina dan endometrium memperlihatkan gambaran proliferasi. Epitel vagina mengandung glikogen dalam jumlah besar. Vagina menunjukkan pH 4,5 – 5 mirip pH pada wanita usia reproduksi. Setelah lahir, kadang-kadang terjadi pendarahan dari uterus bayi yang dikenal dengan pendarahan lucut estrogen.


E.    URAT SARAF

         Janin pada umur kehamilan 10 minggu dilahirkan hidup, maka dapatdilihat bahwa janin tersbut dapat mengadakan gerakan-gerakan spontan. Rangsanan lokal dapat membuat janin menganga dalam mengadakan fleksi pada jari-jari tangan serta kaki. Gerakan menelan baru terjadi pada kehamilan 4 bulan, sedangkan menyedot baru terjadi pada kehamlan 6 bulan.

Pada triwulan terakhir hubungan antara urat saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin yang dilahirkan sesudah kehamilan 32 minggu dapat hidup di luar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat sensitifuntuk cahaya. Bagian dalam,tengah dan luar telinga dibentuk dalam triwulan kedua. Saat ini dipakai untuk penilaian adanya kelainan organik ada urat adalah ultrasonografi (USG) dan Magnetic Resonance Imaging (MIR). Meskipun pengaruh buruk dari USG dan MRI (geneik dan onkologi) belum diketahui maka pemakaiannya dalam trimester pertama, sewaktu organogenesis sedang berlangsung dengan hebatnya, sebaiknya tidak dilakukan. MRI dipakai dalam obstetri untuk menilai janin dengan resiko tinggi. Dalam trimester terakhir keadaan paru dan otak janin dapat dilihat dengan jelas. Reaksi terhadap rangsangan pada neonatus di ekstrauterin dapat berupa :
1.     Reflek morro            : reflek terkejut oleh karena bunyi keras dan tiba-tiba
2.     Reflek geg                : reflek menelan
3.     Reflek saking            : Reflek menghisap
4.     Reflek roting             : reflk mencari putting susu
5.     Reflek babynski        : reflek pada kaki bayi untuk menjauh karena disentuh
6.     Reflek ekstrusi          : berusaha mengeluarkan benda yang menekan lidah
7.     Reflek tangan            : reflek menggenggam
8.     Reflek leher tonik
9.     Reflek otolith right     : kepala berusaha untuk fleksi
Pertumbuhan otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa anak-anak. Pertumbuhan ini  menjadi lebih bertahap selama sisa dekade pertama dan minimal selama masa remaja. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan serebelum, yang dimulai pada umur kehamilan 30 minggu, berakhir. Mungkin inilah penyebab otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi.

F.     IMUNOLOLOGI

Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama tiga ulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami, seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kesterulan usus halus, belum berkembang dengan baik sampai tiga atau empat minggu. IgA pelindung membran lenyap dari traktus respiratorius dan traktus urinarius. IgA ini juga tidak ini juga terdapat pada traktus gastrointestinal, kecuali jika bayi dibri ASI. Bayi mulai mensintesis IgG dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia satu tahun, sedangkan kadar orang orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum dicapai sampai masa anak-anak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI. Tingkat proteksi bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta sistem imunitas yang dimiliki ibu.

Jumat, 17 Agustus 2012

Powerpoint tipe






































Rabu, 04 Juli 2012

CIRI KHAS KEBUDAYAAN BETAWI


CIRI KHAS KEBUDAYAAN BETAWI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN
1 1.1  Latar Belakang
Negara Indonesia termasuk masyarakat multikultural. terdapat (2) istilah, yaitu masyarakat adalah persekutuan hidup manusia yang menempati wilayah tertentu. Sedangkan konsep multikultural terdiri atas (2) kata, yaitu multi berarti banyak dan kultural yang artinya kebudayaan. Jadi, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki struktur atau tipe budaya yang lebih dari satu dan beranekaragam.
Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa dimana masing-masing mempunyai struktur budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat bersifat heterogen yang pola hubungan sosialnya bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai.
Perbedaan yang terdapat pada masyarakat multikultural, yaitu SARA (suku, agama, ras dan adat istiadat). Adapun keragaman dalam sistem budaya, seperti bahasa, sistem religi, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, mata pencaharian, dan organisasi sosial.
Alasan inilah yang membuat saya ingin membahas perbedaan-perbedaan kebudayaan yang ada dimasing-masing daerah. Pastinya setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri pada kebudayaannya untuk dapat membedakan kebudayaan satu dengan lainnya tetapi masih didalam lingkup kesederajatan. Kali ini saya akan membahas tetang ciri khas kebudayaan suku Betawi Jakarta.

2  2.1  Tujuan
Dari latar belakang diatas, tujuan yang saya dapat simpulkan dalam pembahasan makalah ini, yaitu :
1)      Memahami definisi budaya dan kebudayaan.
2)      Mengetahui sejarah terbentuknya suku Betawi Jakarta.
3)      Mengetahui ciri khas kebudayaan suku Betawi Jakarta.
4)      Mengetahui jenis-jenis kebudayaan yang ada di Jakarta tepatnya suku Betawi.
5)      Menambah wawasan dan pengetahuan yang dimiliki.
6)      Dapat digunakan sebagai referensi untuk penyusunan makalah sejenis.


BAB II PEMBAHASAN
1.1  Definisi Budaya dan Kebudayaan
Budaya berasal dari bahasa Sansekertabuddhayah bentuk jamak dari buddhi artinya budi atau akal. Jadi, budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh budi atau akal tersebut. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. 
Budaya terbentuk dari banyak unsur-unsur yang rumit termasuk dalam hal ini adalah sistem agama dan politik adat istiadat, bahasa, perkakas,  pakaian,  bangunan dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
Dengan demikian tidak ada budaya tanpa manusia dan tidak ada manusia tanpa budaya. Jadi hubungan antara manusia dan budaya seperti (2) sisi mata uang yang tidak terpisahkan.

2.1  Sejarah Suku Betawi Jakarta
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.
Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab dan Tanjidor yang berlatar belakang ke-Belanda-an.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

3.1  Terbentuknya Kebudayaan Suku Betawi Jakarta
Kebudayaan suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta. Kebudayaan suku Betawi terbentuk akibat akulturasi (pencampuran) berbagai kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Karena sikap keterbukaan orang Betawi dan penghargaan tinggi terhadap perbedaan juga turut mempercepat akulturasi tersebut. Karena akulturasi itu, kebudayaan suku Betawi dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruh kebudayaan-kebudayaan asal yang membentuknya, yaitu :
Ø  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Arab dan Melayu, seperti alat musik Samrah, Rebana dan Marawis.
Ø  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Cina, seperti tari Yapong, Lenong, tari Cokek, Gambang Kromong, dan Topeng Betawi.
Ø  Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh kebudayaan Portugis dan Belanda, seperti Keroncong Tugu dan Tanjidor.
Kebudayaan suku Betawi bisa jadi menjadi kebudayaan terkaya di Indonesia. Mengingat akulturasi pada suku ini sangat banyak. Tidak mengherankan jika kebudayaan suku Betawi dapat menarik minat pendatang untuk tinggal di Jakarta untuk berlangsungnya kebudayaan Betawi secara turun-temurun.

4.1  Kebudayaan Suku Betawi dalam seni musik
Gambang Kromong
Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi,  Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan  Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong.
Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.
Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut.
Pada tahun 70-an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan musik ini menjadi "terengah-engah" antara hidup dan mati (dalam tabel yang dibuat Yahya AS termasuk dalam kondisi "sedang"). Musik ini hanya terdengar di antara bulan Juni saja, yaitu sewaktu hari ulang tahun Jakarta. padahal tanggal dan tahun kelahiran kota jakarta saja belum jelas pastinya. Itupun di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya.
Diperlukan pembinaan dan pelestarian berkelanjutan seni musik Gambang Kromong ini, khususnya bagi generasi muda Betawi. Kepedulian generasi muda Betawi terhadap keseniannya (seni musik dan seni silat) hendaknya harus melebihi generasi muda di daerah lainnya, karena keberadaan etnis Betawi itu sendiri yang berada di ibu kota Jakarta sebagai etalase kebudayaan Indonesia.


5.1  Kebudayaan Suku Betawi dalam seni teater
Lenong Betawi 
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-an. Sejak awal keberadaannya, diiringi dengan musik gambang kromong. Dalam dua Lenong dikenal dua jenis cerita yaitu Lenong Denes (bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan) sementara Lenong Preman berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari ataupun dunia jagoan. 
Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk. Sementara lenong preman disebut-sebut sebagai perkembangan dari wayang sironda. Yang cukup signifikan dalam perbedaan penampilan kedua lenong tersebut, Lenong Denes umumnya menggunakan bahasa Melayu halus, sedang Lenong Preman rata-rata menggunakan bahasa Betawi sehari-hari. 
Beberapa seniman Lenong Betawi terkenal yang lahir dan terkenal dari kesenian ini cukup banyak. Sebut saja H. Bokir (alm), Mpok Nori sampai Mandra. Namun tokoh dalam bidang ini siapa lagi kalau bukan H.M. Nasir T (Bang Nasir). 


6.1  Kebudayaan Suku Betawi dalam seni tari
Tari Yapong
Tari Yapong ialah tari yang aktraktif yang para penarinya menggunakan pakaian merah mencolok bernuansa Cina dengan konde yang khas mengerucut diatas kepala. Musik pengiringnya adalah musik-musik perkusi yang dinamis dan meriah. Dalam tradisi kebudayaan suku Betawi, tarian ini biasa dibawakan pada pertemuan resmi, seperti penyambutan tamu kehormatan dan pembukaan suatu kegiatan.


7.1  Kesenian Suku Betawi Ondel-Ondel
Ondel-ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai sekitar ± 2,5 m dengan garis tengah ± 80 cm, boneka ini dibuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Boneka tersebut dipakai dan dimainkan oleh orang yang membawanya. Pada wajahnya berupa topeng atau kedok yang dipakaikan ke anyaman bambu tersebut, dengan kepala yang diberi rambut dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya di cat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih.
Jenis pertunjukan ini diduga sudah ada sebelum tersebarnya agama Islam di pulau Jawa dan juga terdapat di berbagai daerah dengan pertunjukkan yang sejenis. Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali dikenal dengan nama Barong Landung.
Awal mulanya pertunjukan ondel-ondel ini berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu. Namun semakin lama tradisi tersebut berubah menjadi hal yang sangat bagus untuk dipertontonkan, dan kebanyakan acara tersebut kini di adakan pada acara penyambutan tamu terhormat, dan untuk menyemarakkan pesta-pesta rakyat serta peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, “Ngamen”. Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen. Pendukung utama kesenian ondel-ondel adalah petani yang termasuk “abangan”, khususnya yang terdapat di daerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tertentu, tergantung dari  masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diiringi Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres. Ondel-ondel betawi tersebut pada dasarnya masih tetap bertahan dan menjadi penghias di wajah kota metropolitan Jakarta.

BAB III PENUTUP

1.1  Kesimpulan
Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat
Dengan demikian tidak ada budaya tanpa manusia dan tidak ada manusia tanpa budaya. Jadi hubungan antara manusia dan budaya seperti (2) sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Kebudayaan yang merupakan ciri khas dari suku Betawi adalah alat musik Gambang Kromong, tari Yapong, Lenong dan Ondel-ondel.

2.1  Saran
Ø  Indonesia merupakan masyarakat multikultural, jadi hormati dan hargailah kebudayaan dari suku lain agar tercipta hidup yang damai dan saling berdampingan.
Ø  Tidak mudah terprovokasi pada hal-hal yang tabu yang dapat mengganggu kehidupan kita, jadi didaerah manapun kita tinggal kita harus mampu mengendalikan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengikuti peraturan yang ada di wilayah tersebut.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

(7) Sumeken,Wayan.2012.diktat ilmu pengetahuan sosial (IPS).klungkung : Drs. I Wayan Sumeken.